PETANI MODERN YANG SUKSES

Dimuat di Kompas, 22 Mei 2006 

Rezeki Bertani
 ADA PETANI MODERN YANG SUKSES
  Oleh Yenti Aprianti

    Banyak petani yang kini bernasib naas, hanya menjadi tukang
tanam. Namun, di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung,
Jawa barat, ada petani-petani yang telah berhasil memperlihatkan diri
sebagai petani modern yang sukses. Cirinya, kehidupan mereka tidak
hanya berkutat di kebun. Mereka memiliki banyak waktu untuk membagi
ilmu kepada masyarakat petani lain agar bisa menjadi lebih maju.
    Menurut buku Fokus Hidup karya Jerry Foster, seorang perencana
keuangan di Amerika serikat yang telah menjadi pembicara dalam Family
Life, Weekend to Remember, Marriage Conferences, kesuksesan hidup
memberikan lima dimensi keuntungan, yaitu finansial, intelektual,
hubungan, rohaniah, dan jasmaniah. Semua dimensi ini tampak menjadi
keseharian para petani di Desa Cibodas.
    Menurut Doyo Mulyo Iskandar, seorang petani sekaligus Ketua
Kelompok Tani Mekar Tani Jaya di desa tersebut, hampir seluruh petani
di desanya memiliki pegawai di kebun. Jumlah pegawainya mencapai 4-50
orang.
    Mereka bekerja secara berkelompok untuk memenuhi permintaan pasar
secara berkesinambungan. Kesinambungan usaha yang dibangun atas dasar
kerja sama ini mengakibatkan mereka bisa mendapatkan penghasilan Rp 2
juta per bulan.
    Para petani juga bisa menabung untuk membangun rumah, juga
menyekolahkan anak hingga ke perguruan tinggi. Rumah- rumah mereka
umumnya bersih dan besar. Selain rumah untuk kepentingan keluarga,
mereka juga bisa membangun rumah untuk kepentingan tamu.
    Doyo, misalnya, ia memiliki satu rumah lain lengkap dengan
perabot rumah tangga yang ia sediakan sebagai penginapan para tamu,
baik petani, mahasiswa, maupun pegawai dari berbagai dinas yang ingin
mempelajaripertanian di desanya hingga beberapa hari.
    “Kalau ada rezeki, saya tabungkan uang untuk membeli kasur baru
agar semua orang yang datang bisa tidur dengan enak,” kata Doyo.
    Petani di Kelompok Tani Mekar Tani Jaya tidak menghabiskan waktu
mereka di kebun untuk bekerja. Mereka sering pergi ke berbagai desa
lain di Jawa Barat maupun di provinsi-provinsi lain untuk melatih
petani. Sejak awal, para petani ini berkomitmen untuk berkonsentrasi
membangun kemitraan dan melakukan pelatihan kepada para petani.
    “Saya puas melakukannya.Bertemu dengan petani dan membagikan
ilmu bukan berarti menambah saingan. Kami malah bisa mendapat ilmu
baru,” kata Doyo.
    Doyo mencontohkan, selama ini ia dan para petani di Cibodas
menanam stroberi dengan media tanah. Ternyata saat mengadakan
pelatihan menanam stroberi di Jawa Tengah, para petani biasa bertani
dengan menggunakan sekam. “Ternyata dengan sekam, air bisa tersimpan
lebih lama. Bagi mereka, hal tersebut merupakan cara biasa, tapi buat
kami itu pengetahuan baru,” tutur Doyo.
    Hampir di seluruh perkebunan milik petani, para buruh tani
dipersilakan meluangkan waktu untuk menggarap tanaman yang mereka
kelola di halaman atau di lahan yang mereka sewa. “Di kelompok tani
Desa Cibodas, biasanya jika ada anggota kelompok yang sudah mampu
mandiri, mereka dipersilakan keluar dan membentuk kelompok sendiri
untuk melatih petani lain yang belum bergabung,” ujar Doyo.
    Tak heran jika di desa ini terdapat 16 kelompok tani. Setiap
kelompok memiliki fokus usaha dan pelatihan sendiri. Kelompok Gapura
Tani merupakan pengada bibit pertanian, Mekar Tani Jaya I mengurus
pupuk organik, PD Grace membidangi sayur- mayur eksklusif untuk
supermarket dengan bibit impor berikut teknologinya.
    Ada juga Kelompok Tani Budi Rahayu yang ahli di bidang pertanian
buncis. Kelompok Tani Wangi Harum membidangi bunga potong, dan Yans
Fruit and Vagatables merupakan pencari pasar produk pertanian. Para
petani di kelompok-kelompok tani bergabung dalam Paguyuban Pandu Tani.
    Melalui kelompok-kelompok pula, para petani berhasil memikat
generasi muda untuk bekerja di bidang pertanian. Bobon Turbansyah
(53), misalnya, ia memberi peluang sangat besar bagi pemuda di
desanya bekerja di lahan pertanian, gudang pengepakan, atau kantor
administrasi pemasaran dalam agrobisnisnya. Pemuda pencandu narkoba
dan penderita gangguan jiwa pun dilibatkannya.
    Hingga kini, setiap tahun sekitar 30 remaja berhasil dididik
sebagai petani. Angka urbanisasi di Desa Cibodas pun sangat rendah,
hanya tiga persen per tahun. Sementara penduduk baru mencapai 15
persen per tahun.
    Dalam kelompok-kelompok tani, pengurus tidak mendapatkan gaji.
Namun, kelompok membayar gaji kepada pekerja-pekerja yang mengurusi
soal bisnis. Misalnya, pekerja di bidang administrasi pertanian. Gaji
mereka bisa lebih dari Rp 1 juta per bulan.
    Para petani juga selalu menyisihkan sedikit lahan di kebun untuk
percobaan dengan memberi perlakuan khusus pada tanaman agar mampu
mencapai produktivitas dan kualitas terbaik bagi hasil pertaniannya.
    Selain itu, sebelum menanam suatu jenis tanaman, mereka melakukan
analisis usaha. Dengan analisis usaha yang baik, mereka bisa
melibatkan investor untuk bermain di dalam usaha pertanian mereka.
Para petani pun sudah mampu membuat proposal. Salah satu
hasilnya,para pensiunan dari sebuah perusahaan telekomunikasi besar
di Indonesia siap berinvestasi.
    Tak hanya itu, dengan analisis usaha, mereka juga bisa dengan
mudah mendapat pinjaman dari bank. Bahkan, karena lancar dalam
pembayaran, bank bersedia memberi pinjaman lagi dengan jumlah yang
lebih besar untuk digunakan sebagai modal usaha.
    Dalam menganalisis usaha pertanian, Ishak (41), seorang petani
sayuran, sudah memanfaatkan jaringan internet untuk mengetahui
perubahan harga, komoditas unggulan, perubahan cuaca, metodologi dan
pola bertani yang baru. “Tidak semua petani bisa menggunakan
internet, tapi biasanya saya menyampaikan kepada mereka
tentanginformasi-informasi baru dalam pertemuan informal, sambil
ngobrol sore-sore,” kata Ishak.
    Tak hanya itu, para petani di Desa Cibodas pun punya waktu libur,
lho. Mereka mengatur sendiri waktu mereka beristirahat dan berkumpul
seharian dengan keluarga. Betapa menyenangkannya menjadi petani
modern, bukan?

 

Foto:1
Kompas/Yenti Aprianti

~ oleh warungminum pada Juni 13, 2008.

Tinggalkan komentar